Minggu, 27 September 2015

About broken home (part 1)

     Aku tidak tau kalimat apa yang tepat untuk memulai sebuah cerita. Dan apa yan harus aku tulis terlebih dahulu untuk menceritakan potongan kecil kisah hidupku yang mungkin tidak terlalu penting untuk di ceritakan.

   Aku adalah korban broken home,  dan aku yakin tak ada satupun yang ingin berada di posisiku saat ini. Menjadi korban broken home adalah mimpi buruk bagi setiap orang, apalagi saat itu aku masih duduk di bangku SD. Saat dimana aku masih membutuhkan mereka untuk ada di sampingku, saat di mana aku masih membutuhkan mereka untuk berbagi cerita, bertanya tentang tugas sekolah yang rumit, menangis ketika aku tidak bisa melakukan sesuatu dan masih banyak. Banyak ...banyak sekali hal yang harusnya aku dapat dari mereka. Namun semua itu di renggut oleh suatu hal "keparat" yang bernama "keegoisan" . Aku kehilangan semuanya, kebahagiaan, kenyamanan, kedamaian, semua hal indah lenyap seketika dari hidupku.

     Semua perasaan sakit dan kesepian itu terjadi karena aku kehilangan waktu. Waktu yg sebenarnya amat sangat berharga. Seandainya aku tahu hal menyakitkan ini akan terjadi, aku tak akan membiarkan waktu melewatiku begitu saja. Akan kepeluk setiap detiknya, akan ku genggam setiap menitnya, tak akan kubiarkan kisah pahit ini terjadi.

      Aku masih ingat beberapa bulan sebelumnya. Mereka saling berteriak, saling menghujat  tak peduli akan kehadiranku, tak peduli akan aku yang terdiam menangis di sudut kamar. Aku masih bisa merasakannya. Rasa takut itu. Aku masih bisa merasakannya.

   Setelah mereka bercerai, tak kulihat lagi ayahku. Ayahku. Seorang pria yang sangat menyayangiku. Yang mengajariku menulis dan membaca, yang mengikatkan tali sepatuku ketika aku hendak sekolah, yang membantuku mengerjakan pr,memboncengku dengan sepeda bututnya.

   Ayahku. Seorang pria yang kulitnya legam terbakar sinar matahari, yang mampu berdiri berjam-jam untuk mendapatkan rupiah demi rupiah. Yang rela pulang larut malam hanya demi istri dan anaknya makan. Aku merindukan pria itu. Benar-benar rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar